Serangan Pemberontak Pro-ISIS ke Gereja Katolik Kongo Tewaskan Sedikitnya 34 Orang


DikoNews7 -

Pemberontak yang berafiliasi dengan ISIS menyerang sebuah gereja Katolik di wilayah timur Republik Demokratik Kongo pada Minggu (27/7/2025), menewaskan sedikitnya 34 orang. Demikian menurut seorang pemimpin masyarakat sipil setempat.

Dieudonne Duranthabo, koordinator masyarakat sipil di Komanda, Provinsi Ituri, mengatakan kepada Associated Press (AP) bahwa para penyerang menyerbu gereja di Kota Komanda sekitar pukul 01.00. Beberapa rumah dan toko juga dibakar.

"Jenazah para korban masih berada di lokasi tragedi dan para relawan sedang mempersiapkan proses penguburan massal di kompleks gereja Katolik," kata Duranthabo.

Sedikitnya lima orang lainnya tewas dalam serangan sebelumnya di Desa Machongani yang berdekatan.

"Mereka membawa beberapa orang ke dalam hutan. Kami tidak tahu ke mana mereka dibawa atau berapa jumlahnya," ungkap Lossa Dhekana, seorang pemimpin masyarakat sipil di Ituri, kepada AP.

Kedua serangan tersebut diyakini dilakukan oleh anggota kelompok Allied Democratic Forces (ADF) yang bersenjata api dan parang.

Letnan Jules Ngongo, juru bicara tentara Kongo di Ituri, mengonfirmasi sedikitnya 10 orang tewas dalam serangan di gereja Komanda. Namun, Radio Okapi yang didukung PBB dengan mengutip sumber keamanan melaporkan 43 kematian. 

Para penyerang dilaporkan datang dari sebuah markas yang berjarak sekitar 12 kilometer dari Komanda dan melarikan diri sebelum pasukan keamanan tiba.

Duranthabo mengecam kekerasan tersebut yang terjadi di sebuah kota di mana semua pejabat keamanan ada. Dia menyerukan intervensi militer segera dengan memperingatkan, "Musuh masih berada di dekat kota kami."

Wilayah timur Kongo telah mengalami serangan mematikan dalam beberapa tahun terakhir oleh kelompok-kelompok bersenjata, termasuk ADF dan pemberontak yang didukung Rwanda. 

ADF beroperasi di wilayah perbatasan antara Uganda dan Kongo dan kerap menyasar warga sipil. Kelompok ini membunuh puluhan orang di Ituri awal bulan ini dalam serangan yang digambarkan oleh juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai pembantaian.

ADF dibentuk oleh sejumlah kelompok kecil di Uganda pada akhir 1990-an sebagai reaksi atas ketidakpuasan terhadap Presiden Yoweri Museveni.

Pada 2002, setelah mendapat serangan militer dari pasukan Uganda, kelompok ini memindahkan aktivitasnya ke wilayah tetangga Kongo dan sejak itu bertanggung jawab atas pembunuhan ribuan warga sipil. Pada 2019, ADF menyatakan sumpah setia kepada ISIS.

Tentara Kongo (FARDC) telah lama kesulitan mengendalikan kelompok ini, terutama di tengah konflik yang kembali berkobar melibatkan gerakan pemberontak M23. ***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel