Rapat di DPR, Kepala BGN Ungkap 75 Kasus Keracunan MBG Sejak Januari dengan Korban 6.517 Siswa
DikoNews7 -
Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat sebanyak 75 kasus atau sekitar 6.517 siswa keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) pada 6 Januari hingga 31 September.
Hal tersebut diungkapkan Kepala BGN Dadan Hindayana saat Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi IX DPR RI, Rabu (1/10/2025).
"Terlihat sebaran kasus terjadinya gangguan perencanaan atau kasus di SPPG, terlihat dari 6 Januari sampai 31 Juli itu tercatat ada kurang lebih 24 kasus kejadian, sementara dari 1 Agustus sampai malam tadi (30 September), itu ada 51 kasus kejadian. Jadi yang terakhir, kejadian kemarin ada di Pasa Rebo dan juga di Kadungora," kata Dadan.
Penyebab Keracunan
Menurut Dadan, kasus keracunan yang terjadi disebabkan sejumlah faktor. Dari hasil investigas BGN, mayoritas kasus terjadi lantaran SPPG tak mematuhi standar operational procedure (SOP).
"Kita bisa identifikasi bahwa kejadian itu rata-rata karena SOP yang kita tetapkan tidak dipatuhi dengan seksama. Seperti contohnya pembelian bahan baku yang seharusnya H-2, kemudian ada yang membeli H-4," ungkapnya.
Dia mencontohkan, kasus keracunan di Kadungora itu terjadi karena hal tidak terduga. Dadan menyebu Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) tersebut memberikan makan sebanyak dua kali.
"Yang pertama masak segar, kemudian karena mau ada renovasi dia membagikan makanan untuk hari ini, dan salah satu makanan yang dibagikan adalah susu," sebutnya.
"Susunya langsung diminum, dan itu kemudian menimbulkan gangguan pencernaan," sambungnya.
Kasus Supplier Langgar SOP
Kemudian, kasus keracunan MBG di Banggai yang jumlahnya mencapai 300-an lebih siswa. Dadan mengatakan, penyebab keracunan karena supplier yang diganti dan yang baru tidak memenuhi SOP. Menu yang disajikan yaitu ikan cakalang.
"Supplier lamanya sudah biasa mensuplai ikan cakalang dengan kualitas baik. Kemudian karena ingin mengakomodir potensi sumber daya lokal, narayan lokal, maka supplier diganti dengan supplier lokal," paparnya.
"Kelihatannya secara kualitas supplier bahan baku belum bisa menandingi supplier lama, sehingga terjadilah gangguan terkait alergi pada penerima manfaat yang mencapai 338 orang," pungkasnya.
Oleh sebab itu, Dadan memastikan telah mengambil tindakan tegas kepada SPPG yang tak patuh terhadap SOP dan menimbulkan kegaduhan. Salah satunya dengan menutup SPPG hingga evaluasi dan investigasi keracunan massal tersebut.
"Mereka juga harus mulai memitigasi terkait juga dengan trauma yang akan timbul pada penerima manfaat. Dan oleh sebab itu, penutupan besifat sementara tersebut waktunya tidak terbatas, tergantung dari kecepatan SPPG dapat mampu melakukan penyesuaian diri dan juga menunggu hasil investigasi," pungkasnya.
Reporter: Nur Habibie
Sumber: Merdeka.com