Kunjungi Pasar Buah Berastagi, Presiden Jokowi Belanja Buah
Senin, 15 April 2024
DikoNews7 -
Di tengah hiruk-pikuk libur Lebaran, Presiden Joko Widodo memilih untuk mengunjungi Pasar Buah Berastagi di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, Sabtu (13/4/2024).
Pasar
yang bersejarah dan menjadi pusat kehidupan ekonomi para petani
setempat ini menjadi makin ramai dengan kehadiran orang nomor satu di
Indonesia.
Dengan
luas pasar mencapai satu hektare, Pasar Buah Berastagi bukan sekadar
tempat transaksi jual beli, tetapi juga simbol dari kekayaan budaya dan
agraris Tanah Karo.
Di
sini, berbagai hasil bumi seperti kentang merah, jeruk, mangga, dan
salak tidak hanya dijual tetapi juga mewakili kehidupan para petani yang
telah memelihara tanah ini dari generasi ke generasi.
Presiden
Jokowi tidak ragu untuk terjun langsung ke dalam keramaian, memilih dan
membeli buah-buahan segar produksi lokal yang dijajakan para penjual
setibanya di pasar tersebut.
Tercatat,
Presiden Jokowi membeli jeruk sebanyak lima kilogram, mangga sebanyak
dua kilogram, salak sebanyak dua kilogram, dan kentang merah sebanyak
dua kilogram.
Marlina Kataren, pedagang jeruk, menyatakan kegembiraannya dengan kehadiran Kepala Negara.
Baginya,
pembelian dari Presiden Jokowi bukan sekadar transaksi ekonomi,
melainkan juga simbol harapan agar dagangan para pedagang buah di pasar
tersebut makin laris.
“Alhamdulillah,
senang sekali Bapak Negara hadir. Seperti mimpi ini, semoga dengan
datangnya Bapak Jokowi, jualan kami makin laris,” ucap Marlina.
Lilis
Sembiring, pedagang jeruk lainnya, menceritakan bahwa pertemuannya
dengan Presiden Jokowi adalah hal yang emosional baginya.
“Wah,
tadi saya sempat melihat Pak Jokowi, air matanya langsung mau keluar…
Saya sangat senang hati Pak Jokowi boleh hadir di sini.”
Kunjungan
Presiden tidak hanya meninggalkan kesan emosional yang mendalam bagi
para pedagang, tetapi juga mengirimkan pesan kuat tentang pentingnya
mendukung sektor pertanian lokal.
Dengan
sekitar 70% penduduk Kabupaten Karo bekerja pada sektor pertanian,
pasar ini tidak hanya menjadi tempat perdagangan, tetapi juga simbol
kekuatan dan ketahanan komunitas lokal. (*)