Prabowo Dukung Marsinah Diberi Gelar Pahlawan Nasional
DikoNews7 -
Presiden Prabowo Subianto akan mendukung aktivis buruh perempuan yang gugur saat masa Orde Baru, Marsinah mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. Marsinah dikenal sebagai buruh yang aktif untuk memperjuangkan nasib rekan-rekannya.
Prabowo menyampaikan usulan Marsinah diangkat menjadi pahlawan nasional datang dari pimpinan serikat buruh. Mereka mempertanyakan mengapa tak ada kaum buruh yang menjadi pahlawan nasional.
"Saya juga, atas usul dari pimpinan, tokoh-tokoh masyarakat buruh, mereka sampaikan ke saya, 'Pak kenapa sih pahlawan nasional enggak ada dari kaum buruh?'," kata Prabowo saat acara peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day di Monumen Nasional (Monas) Jakarta, Kamis (1/5/2025).
Lalu, Prabowo meminta saran kepada pimpinan serikat buruh dan tokoh masyarakat siapa sosok yang cocok diangkat menjadi pahlawan nasional untuk mewakili kaum buruh. Setelah bermusyawarah, pimpinan buruh pun mengajukan nama Marsinah menjadi pahlawan nasional.
"Saya tanya, kalian ada saran enggak coba kalian berembug usulkan pahlawan dari kaum buruh. Dan mereka sampaikan, 'Pak, bagaimana kalau Marsinah pak?' Marsinah jadi pahlawan nasional ," ujar dia.
Prabowo pun siap mendukung Marsinah menjadi pahlawan nasional. Namun, kata dia, semua pimpinan buruh juga menyepakati usulan tersebut.
"Asal seluruh pimpinan buruh mewakili kaum buruh, saya akan mendukung Marsinah akan menjadi pahlawan nasional," tutur Prabowo.
Sosok Marsinah
Melansir dari beberapa sumber, Marsinah merupakan aktivis dan pembela hak buruh kelahiran 10 April 1969 di Nglundo, Nganjuk, Jawa Timur. Dia merupakan anak dari pasangan Astin dan Sumini.
Marsinah juga diketahui mempunyai kakak perempuan bernama Marsini dan adik perempuan bernama Wijati. Ketika masa Orde Baru, Marsinah melalui kisah hidup yang berakhir dengan tragis.
Awalnya, Marsinah yang hanya lulusan SLTA memutuskan untuk merantau di tahun 1989 ke Surabaya. Dia juga memiliki keinginan mengenyam pendidikan perkuliahan tetapi harus pupus karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan.
Berada di Surabaya, Marsinah tinggal di rumah Marsini yang telah berkeluarga dan bekerja di pabrik plastik SKW di Kawasan Industri Rungkut.
Namun, gajinya di pabrik tersebut jauh dari cukup sehingga tetap mencari tambahan penghasilan dengan berjualan nasi bungkus.
Selain itu, Marsinah juga pernah bekerja di sebuah perusahaan pengemasan barang sebelum akhirnya pindah ke pabrik arloji PT Catur Putra Surya (PT CPS) di Desa Siring, Kecamatan Porong, Sidoarjo pada 1990.
Ketika bekerja di PT CPS, Marsinah dikenal sebagai buruh yang aktif untuk memperjuangkan nasib rekan-rekan sesamanya. Dia juga bergabung menjadi aktivis dalam organisasi buruh Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) unit kerja PT CPS.
Kemudian pada 1993, pemerintah mengeluarkan instruksi Gubernur KDH TK I Jawa Timur dalam surat edaran No. 50/Th. 1992 yang berisi imbauan kepada pengusaha Jawa Timur untuk menaikkan gaji pokok karyawan sebesar 20 persen.
Namun kala itu, imbauannya tidak segera dipenuhi oleh para pengusaha termasuk PT CPS tempat Marsinah bekerja. Alhasil memicu aksi unjuk rasa dari para buruh yang menuntut kenaikan upah.
Pada 2 Mei 1993, Marsinah terlibat dalam rapat perencanaan unjuk rasa yang digelar di Tanggulangin, Sidoarjo. Sehari kemudian para buruh mencegah teman-temannya bekerja untuk melakukan aksi mogok.
Namun, Komando Rayon Militer (Koramil) setempat langsung turun tangan untuk mencegah aksi para buruh PT CPS tersebut. Adapun pada 8 Mei 1993 para buruh mogok total dan mengajukan 12 tuntutan kepada PT CPS.
Marsinah menjadi salah satu dari 15 orang perwakilan buruh yang melakukan perundingan dengan pihak perusahaan dan masih terlibat hingga 5 Mei 1993. Pada siang harinya, sebanyak 13 buruh dianggap menghasut rekan-rekannya untuk berunjuk rasa.
Mereka digiring ke Komando Distrik Militer (Kodim) Sidoarjo dan dipaksa mengundurkan diri pada PT CPS karena dituduh telah menggelar rapat gelap dan mencegah karyawan lain bekerja.
Ditemukan Tewas Mengenaskan
Marsinah yang mendengar kondisi tersebut dikabarkan sempat mendatangi Kodim Sidoarjo untuk menanyakan keberadaan 13 rekannya. Kemudian pada malam harinya sekitar pukul 10 dia dikabarkan menghilang.
Marsinah dikabarkan menghilang sejak 5 Mei 1993 waktu malam hingga akhirnya ditemukan tewas mengenaskan di Nganjuk pada 9 Mei 1993. Berdasarkan hasil autopsi, Marsinah diketahui meninggal dunia pada 8 Mei 1993.
Kemudian dari hasil autopsinya penyebab kematiannya dikarenakan penganiayaan berat dan diketahui juga telah diperkosa. Kematian Marsinah memicu reaksi keras masyarakat dan menuntut pemerintah mengusut tuntas serta mengadili para pelaku pembunuhan.
Namun, usaha dalam menemukan pelaku sampai saat ini masih belum ditemukan dan jadi misteri. Sosoknya kini masih dikenang sebagai pahlawan buruh dan sempat dianugerahi penghargaan Yap Thiam Hien dan kisah hidupnya terus diceritakan terutama pada hari buruh.
Kisah hidup Marsinah juga diangkat ke dalam berbagai karya sastra hingga seni pementasan. Keberanian yang dimiliki Marsinah menjadi inspirasi terutama dalam dunia buruh sampai saat ini. ***