AS Umumkan Gencatan Senjata Suriah-Israel saat Bentrokan Baru Guncang Jantung Druze
DikoNews7 -
Amerika Serikat (AS) mengatakan pada Sabtu (19/7/2025), pihaknya telah merundingkan gencatan senjata antara Israel dan pemerintah Suriah.
Langkah ini diambil menyusul pecahnya kembali bentrokan di jantung wilayah Druze Suriah setelah kekerasan yang memicu serangan besar-besaran Israel.
Setidaknya 638 orang tewas sejak Minggu (13/7) akibat kekerasan antara kelompok Druze dan Arab Badui, menurut Syrian Observatory for Human Rights, memunculkan pertanyaan atas otoritas pemimpin sementara Suriah, Ahmed al-Sharaa. Demikian seperti dilansir CNA.
Israel melancarkan intervensi militer pada Rabu (16/7) dengan melakukan serangan besar-besaran ke jantung ibu kota Damaskus, termasuk menghantam markas besar militer.
Tom Barrack, utusan AS untuk Suriah, mengatakan pada Sabtu bahwa Sharaa dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menyepakati gencatan senjata yang dirundingkan oleh AS.
Barrack, yang juga menjabat sebagai duta besar AS untuk Turki, menyebutkan kesepakatan tersebut didukung oleh Turki, pendukung utama Sharaa, serta negara tetangga Yordania.
"Kami menyerukan kepada kelompok Druze, Badui, dan Sunni untuk meletakkan senjata mereka dan bersama kelompok minoritas lain membangun identitas Suriah yang baru dan bersatu dalam perdamaian dan kemakmuran bersama tetangganya," tulisnya di X.
AS pada Rabu (16/7) sebelumnya mengumumkan kesepakatan di mana Sharaa menarik pasukan pemerintah dari Sweida, pusat komunitas minoritas Druze di selatan.
Sharaa mengatakan mediasi membantu mencegah "eskalasi besar-besaran" dengan Israel, namun kantornya menuduh para pejuang Druze melanggar kesepakatan itu.
Pada Jumat (18/7) malam, kantor Sharaa berjanji akan mengerahkan pasukan tambahan ke wilayah tersebut untuk menghentikan bentrokan lebih lanjut di selatan. Dia menyerukan semua pihak untuk menahan diri dan mengedepankan akal sehat.
Bentrokan baru, menurut seorang koresponden AFP, pecah pada Jumat antara faksi-faksi suku Arab Badui dan kelompok Druze di pintu masuk kota Sweida.
Sementara itu, Syrian Observatory juga melaporkan adanya pertempuran dan penembakan ke sejumlah permukiman di Sweida.
Di lorong-lorong Rumah Sakit Nasional Sweida, aroma busuk menyengat dari tubuh-tubuh bengkak dan rusak yang menumpuk di unit pendingin jenazah.
Omar Obeid, seorang dokter di rumah sakit pemerintah itu, mengatakan kepada AFP bahwa fasilitas tersebut telah menerima lebih dari 400 jenazah sejak Senin (14/7) pagi.
"Sudah tidak ada lagi ruang di kamar jenazah," tutur Obeid, menambahkan bahwa mayat-mayat tergeletak di jalan di depan rumah sakit.
Organisasi Internasional untuk Migrasi PBB pada Jumat menyatakan bahwa 79.339 orang telah mengungsi sejak Minggu, termasuk 20.019 orang hanya pada Kamis (17/7).
Dukungan Berbagai Suku
Pasukan bantuan dari berbagai suku di seluruh Suriah berkumpul di desa-desa sekitar Sweida pada Jumat untuk memperkuat kelompok Badui lokal, yang permusuhan lama mereka terhadap komunitas Druze meledak menjadi kekerasan akhir pekan lalu.
Anas al-Enad, seorang kepala suku dari Kota Hama di tengah Suriah, mengatakan bahwa dia dan anak buahnya telah melakukan perjalanan ke Desa Walgha karena kaum Badui meminta bantuan.
"Kami datang untuk mendukung mereka," sebut Enad.
Seorang koresponden AFP melihat rumah dan toko-toko yang terbakar di desa tersebut, yang kini berada di bawah kendali kelompok Badui dan sekutu mereka.
Israel, yang memiliki komunitas Druze yang cukup besar, menyebutkan pada Jumat bahwa pihaknya mengirimkan bantuan senilai hampir USD 600.000, termasuk makanan dan pasokan medis, untuk kelompok Druze di Sweida.
Israel telah berjanji membela komunitas Druze, meski sejumlah diplomat dan analis menilai tujuan utamanya adalah untuk melemahkan militer Suriah, musuh lamanya, yang kini berada dalam posisi terpuruk sejak kelompok Islam Sunni yang dipimpin Sharaa menggulingkan Bashar al-Assad, sekutu Iran, pada Desember lalu.
PBB Desak Penyelidikan Independen
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Volker Turk menyerukan agar pertumpahan darah segera dihentikan dan dilakukan penyelidikan yang independen, cepat, dan transparan terhadap semua pelanggaran.
Komite Palang Merah Internasional memperingatkan bahwa fasilitas kesehatan kewalahan, dengan pemadaman listrik menghambat penyimpanan jenazah di kamar mayat yang sudah penuh.
"Situasi kemanusiaan di Sweida sangat kritis. Orang-orang kehabisan segalanya," kata Stephan Sakalian, kepala delegasi ICRC di Suriah.
"Rumah sakit semakin kesulitan merawat yang terluka dan sakit, dan keluarga-keluarga tidak bisa menguburkan orang yang mereka cintai dengan layak."
Kekerasan terbaru ini pecah pada Minggu setelah penculikan seorang pedagang sayur Druze oleh kelompok Badui lokal memicu aksi penculikan balasan.