Nelayan Tradisional Keluhkan Banyaknya Pukat Harimau di Perairan Langkat

Foto : Nelayan jaring Sei Bilah saat membetulkan jaring yang rusak

DikoNews7 -

Masyarakat pesisir Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, yang berprofesi sebagai nelayan tradisional, belakangan ini mengeluhkan banyaknya pukat katrol (pukat harimau) yang beroperasi disekitar perairan Langkat, Selat Malaka.

Tidak tanggung-tanggung, puluhan pukat harimau bermesin besar terus melakukan aktifitas siang malam, menarik pukat di perairan Pangkalan Susu-Pangkalan Brandan dan sekitarnya.

"Bagaimana kita mau melaut, jika katrol banyak berkeliaran, dari Boy Pertamina depan kuala P.Brandan, mereka (katrol) sudah banyak terlihat, bukan 1-2 tapi seperti berkelompok hingga belasan sekali menarik pukat", ucap Manaf (46) salah seorang nelayan warga Desa Perlis, Kecamatan Berandan Barat, Kabupaten Langkat, kepada wartawan, Minggu (27/6/21) siang.

Lebih lanjut dikatan, kapal pukat harimau yang beroperasi, seperti tidak takut akan ditangkap, padahal kapal patroli Polisi sering melintas di perairan ini.

Senada, Ismail (49) nelayan jaring warga Sei Bilah, Kecamatan  Sei Lepan, mengaku sudah beberapa hari tidak melaut, pasalnya, pukat jaring miliknya yang digunakan untuk menangkap ikan, hancur di langgar kapal pukat harimau saat menarik pukat.

"Bagaimana mau kelaut, jaring kita hancur dibuat mereka, ekonomi keluarga kita terancam, jangankan untuk membetulkan jaring, untuk biaya makan hari-hari aja susah," ucapnya saat ditemui di Jalan Pelabuhan.

Dengan keadaan ini, nelayan berharap, pemerintah bertindak tegas mengusir dan mengamankan kapal pukat harimau yang beroperasi di perairan Langkat. Tidak hanya mematikan perekonomian nelayan tradisional, aktifitas pukat harimau juga berdampak buruk pada ekosistim laut terutama terumbu karang dan biota laut. 

Reporter : Kurnia02

Editor : Diko

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel