Lahan Pertanian Miliknya Dituding Jadi Biang Kerok Banjir Bandang, Bupati Garut Meradang

Foto : Banjir bandang yang menyapu beberapa kampung dan desa di dua Kecamatan yakni Sukawening dan Karangtengah Sabtu lalu. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

DikoNews7 -

Bupati Garut Rudy Gunawan, meradang ihwal lahan pertanian miliknya yang berada di wilayah Desa Cinta, Kecamatan Karangtengah, seluas 8 hektare, dituding menjadi biang kerok banjir bandang, Sabtu akhir pekan kemarin (27/11/2021).

“Harus dilihat, bukan dari kebun saya, bukan dari daerah kita, maksudnya kebanyakan dari daerah di Kecamatan Cinta Manik, di kebun saya tidak (menjadi penyebab banjir bandang),” ujarnya selepas Apel Gabungan di Lapangan Setda Garut, Senin (29/11/2021).

Menurutnya, musibah banjir bandang yang menyapu beberapa kampung dan desa di dua Kecamatan yakni Sukawening dan Karangtengah Sabtu lalu, murni karena faktor cuaca akibat tingginya curah hujan.

“Pada saat kejadian debit air 115 milimeter per hari, kalau yang banjir Bandang (September 2016) 125, nah ini yang kemarin 115 mm,” kata dia.

Ketua HKTI Jawa Barat itu mengatakan, lahan pertanian yang berada di Kampung Patrol Desa Cinta itu, sudah dikelola sejak 1995 silam, sehingga tudingan adanya alih fungsi lahan menjadi penyebab musibah banjir bandang tidak mendasar.

“Di atasnya juga ada Perhutani, kita berbatasan dengan Perhutani, malahan di situ termasuk PGE (Pertamina Geothermal Energi) gak ada masalah, karena memang curah hujan yang tinggi, diassesment saja semuanya,” pinta dia.

Rudy membantah jika lahan pertanian miliknya yang ditanami jagung dan tanaman kentang itu, dituding menjadi faktor pematik terjadinya banjir bandang dua hari yang lalu.

“Silahkan assesment saja ke sana,” kata dia.

Saat ini ujar Rudy, area pertanian seluas 200 hektare yang berada di daerah hulu dataran tinggi Desa Cinta kawasan pegunungan Karaha, dikenal sebagai area subur pertanian holtikultura, yang digarap warga sekitar untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.

“Itu lahan Perhutani dilakukan tumpang sari dengan kopi, di atasnya tidak ada (alih fungsi lahan)  diassesment saja semua,” kata dia.

Sebelumnya banjir bandang dengan material lumpur, pasir, bebatuan, batang dan ranting pohon menyapu puluhan rumah warga serta ratusan hektare sawah milik warga rusak.

Tidak hanya itu, sapuan banjir dengan hingga ketinggian 50 hingga satu meter lebih tersebut menyebabkan beberapa kendaraan baik roda empat ataupun roda dua, rusak.

Bahkan sebanyak 8 jembatan yang menyambungkan akses transportasi warga di beberapa desa di dua kecamatan ikut rusak, setelah musibah banjir bandang tersebut. (*)

 

 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel