Jalin Diplomatik dengan Israel, UEA Tak Terima Disebut Iran Khianati Palestina
Selasa, 18 Agustus 2020
DN7 -
Presiden Iran Hassan Rouhani mengecam langkah Uni Emirat Arab (UEA) yang
membangun hubungan diplomatik dengan Israel. Keputusan UEA bahkan
disebut sebagai, "Pengkhianatan terhadap perjuangan bangsa Palestina."
Uni Emirat Arab tidak terima dengan kecaman Iran tersebut. Pada Minggu 16 Agustus, UEA
memanggil perwakilan Iran di Abu Dhabi untuk memprotes kecaman yang
terkandung dalam pidato Presiden Iran Hassan Rouhani, menurut laporan
kantor berita UEA, WAM.
Kementerian Luar Negeri UEA "memanggil kuasa hukum Iran (dan)
memberinya catatan protes yang kuat terhadap kecaman yang terkandung
dalam pidato Presiden Iran Hassan Rouhani mengenai keputusan kedaulatan
UEA," tulis laporan itu.
Dikutip dari AFP, Selasa (18/8/2020), hal itu terjadi sehari
setelah Presiden Rouhani menyebutkan keputusan UEA untuk menormalisasi
hubungan dengan Israel adalah kesalahan besar. Selain itu, Presiden
Rouhani juga memperingatkan UEA agar tidak membuka jalan Israel untuk memasuki kawasan.
Kantor berita Iran, Mehr, menuliskan, "Tanpa memperluas apa
artinya, dia mengatakan hal itu akan menjadi cerita lain dan mereka akan
ditangani dengan cara lain".
Saat memberikan tanggapan, UEA mengatakan, retorika seperti itu tidak
dapat diterima dan memiliki implikasi serius bagi keamanan dan
stabilitas di kawasan Teluk.
Pada Januari 2016, Uni Emirat Arab telah menurunkan hubungannya
dengan Iran di tengah persaingan sengit antara sekutu dekat UEA, Arab
Saudi, dan Republik Islam itu.
Maka dari itu, keputusan untuk menormalisasi hubungan dengan Israel memicu gelombang kritik di Iran.
Pada
hari Sabtu, sebuah surat kabar ultrakonservatif menyebutkan bahwa
langkah tersebut membuat UEA menjadi target yang sah bagi pasukan
pro-Teheran.
Sementara dalam harian Kayhan, perjanjian itu juga disebut sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan Palestina.
Diumumkan Presiden AS Donald Trump pada Kamis lalu, kesepakatan Israel-UEA, merupakan kesepakatan ketiga yang dicapai Israel dengan negara Arab. Namun, hal itu juga bisa meningkatkan prospek kesepakatan serupa dengan negara-negara Teluk yang pro-Barat.
Presiden Trump bahkan juga mengatakan bahwa para pemimpin dari kedua negara akan menandatangani perjanjian di Gedung Putih dalam waktu sekitar tiga pekan.
Israel berjanji untuk menangguhkan rencana aneksasi wilayah Tepi Barat, di bawah kesepakatan itu, yang merupakan sebuah konsesi yang disambut baik Eropa dan beberapa pemerintah Arab pro-Barat sebagai pendorong untuk harapan perdamaian.
Tetapi, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tetap menekankan bahwa negaranya tidak meninggalkan rencananya untuk mencaplok Lembah Jordan dan permukiman Yahudi di Tepi Barat yang diduduki.
Sementara dalam harian Kayhan, perjanjian itu juga disebut sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan Palestina.
Diumumkan Presiden AS Donald Trump pada Kamis lalu, kesepakatan Israel-UEA, merupakan kesepakatan ketiga yang dicapai Israel dengan negara Arab. Namun, hal itu juga bisa meningkatkan prospek kesepakatan serupa dengan negara-negara Teluk yang pro-Barat.
Presiden Trump bahkan juga mengatakan bahwa para pemimpin dari kedua negara akan menandatangani perjanjian di Gedung Putih dalam waktu sekitar tiga pekan.
Israel berjanji untuk menangguhkan rencana aneksasi wilayah Tepi Barat, di bawah kesepakatan itu, yang merupakan sebuah konsesi yang disambut baik Eropa dan beberapa pemerintah Arab pro-Barat sebagai pendorong untuk harapan perdamaian.
Tetapi, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tetap menekankan bahwa negaranya tidak meninggalkan rencananya untuk mencaplok Lembah Jordan dan permukiman Yahudi di Tepi Barat yang diduduki.