Pujaketarub Demo Tolak Konser Honne di Medan, Tuduh Sarat Unsur Maksiat



DikoNews7 -

Rencana konser grup musik elektronik asal Inggris, Honne, di Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention Medan, memicu kontroversi. Paguyuban Jawa Keturunan Nusantara Bersatu (Pujaketarub) gelar aksi unjuk rasa menolak konser tersebut.

Penolakan Pujaketarub dilatarbelakangi oleh dugaan bahwa konser Honne mengandung unsur "maksiat" dan menyisipkan kampanye nilai-nilai Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT). 

Ketua Umum Nasional Pujaketarub, Hermawan SH MH, dengan tegas menyuarakan penolakannya terhadap penyelenggaraan konser yang menurutnya bertentangan dengan norma agama dan budaya lokal.

"Kami menolak dan menentang kegiatan LGBT yang menjadi bagian dalam konser musik Honne. Ini bentuk kemaksiatan. Saya mengajak seluruh lapisan masyarakat, khususnya warga Pujaketarub, untuk bersatu dan turun ke jalan menolak agenda ini," tegas Hermawan, Kamis (24/7/2025).

Pujaketarub bahkan menyebut bahwa konser Honne diduga mempertontonkan aksi musik yang diselingi unsur tidak senonoh dan menyimpang, termasuk simbolisasi seksual yang tidak pantas. 

Menurut mereka, pertunjukan seperti ini bisa merusak moral generasi muda dan bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.

Sementara itu, pihak manajemen Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention melalui General Manager, Sarmad membenarkan adanya reservasi dan pembayaran uang muka untuk keperluan konser tersebut.

"Kami memang menerima reservasi konser dan sudah menerima DP dari pihak penyelenggara. Namun, pelaksanaan konser masih menunggu izin resmi dari pihak berwenang. Kami juga masih akan berkoordinasi lebih lanjut dengan event organizer (EO)," ujarnya.

Meski belum mendapat lampu hijau dari pihak kepolisian atau instansi terkait, penjualan tiket konser Honne secara online terus berjalan. 

Medan sendiri merupakan salah satu dari delapan kota yang dijadwalkan akan disambangi Honne dalam rangkaian tur mereka, bersama kota besar lainnya seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Makassar, dan Pekanbaru, serta dua kota internasional yakni Bangkok dan Hongkong.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari promotor atau EO terkait tudingan yang dilontarkan Pujaketarub, maupun pernyataan klarifikasi dari pihak manajemen Honne.

Polemik ini pun semakin menyita perhatian publik, terutama di media sosial, yang ramai memperdebatkan isu moralitas, kebebasan berekspresi, hingga batasan seni dan budaya dalam masyarakat Indonesia. (her)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel