Luput Perhatian, Gadis 14 Tahun Asal Langkat Berjuang Melawan Tumor


DN7 | Langkat : Sejak 7 (tujuh) bulan yang lalu, Siti Aisyah (14) pelajar kelas 2 MTS Al-Husayni yang ada di kota P.Brandan, hanya bisa terbaring sambil menangis, menahan rasa sakit yang dideritanya selama ini.

Anak ketiga dari pasangan keluarga Jul Karnain (40) dan Juliana (38) warga Lingkungan VII Pasar Pompa, Kelurahan Sei Bilah, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat ini, menderita tumor ganas di kaki kirinya.

"Sudah 7 bulan dia (Siti) menderita sakit dikakinya, semakin hari semakin membesar seperti sekarang ini, hingga dirinya tidak bisa berjalan", ucap Juliana sedih saat ditemui Dikonews7.com di kediamannya diperumahan nelayan Lingkungan V Gang Meriam, Selasa (6/10/20) sore.

Lebih lanjut Juliana bercerita, Selama ini dirinya beserta suami diberatkan dengan kondisi keuangan keluarga, dimana suami hanya bekerja sebagai nelayan jaring tradisional yang ikut melaut bersama orang lain.

Siti Aisyah di vonis menderita tumor ganas, oleh dokter dianjurkan kakinya untuk diamputasi, namun dia (Siti) tidak mau, dan berusaha melawan sakit yang yang dideritanya, dengan mengkonsumsi obat seadanya yang di beli di apotik maupun toko obat.

Tentunya kondisi ini, sangat memberatkan untuk memfasilitasi biaya perobatan putri ketiganya, bahkan sejak terakhir kali di bawa dari Rumah Sakit Bina Kasih yang ada di kota Medan, Siti Aisyah selalu menangis menahan sakit karena kehabisan obat.

"Untuk membeli obat jalan saja kita kesulitan, dia selalu menangis karena sakit dan nyeri di sekujur tubuh akibat kehabisan obat", ucap ibu lima anak ini sambil mengusap bulir air yang jatuh dari matanya.

Saat ini kondisi Siti Aisyah sangat memprihatinkan, dimana tumor yang bersarang di kaki kirinya semakin membesar, bahkan dengan kondisinya semakin melemah berdampak pada pertumbuhan badannya yang semakin mengurus, membuatnya tidak bisa berdiri dan beraktifitas seperti gadis remaja lainnya.

"Saya ingin sembuh, kaki saya jangan di potong, saya ingin sekolah dan bermain bersama teman-teman lagi", ucapnya sambil menangis di atas kasur lusuh tempatnya terbaring.

Saat ditanya, selama ini pihak Kelurahan maupun Kecamatan ada melihat kondisi putrinya, Juliana mengaku tidak ada, sungguh pernyataan yang sangat memilukan, dimana seharusnya perwakilan pemerintah Kelurahan dapat melihat keadaan ini, sebagai pesan moril dan penyemangat bagi sipenderita (sakit) dan pihak keluarga. (Kurnia02)

Editor : Sapta


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel