WHO Beberkan Hasil Penelitian Asal-usul Virus Corona di Wuhan

FOTO : Staf medis China bereaksi ketika tim WHO pergi usai kunjungan mereka ke Rumah Sakit Provinsi Hubei di Wuhan, provinsi Hubei, China tengah untuk mulai mencari petunjuk tentang asal-usul pandemi virus corona COVID-19 pada Jumat, 29 Januari 2021 (AP / Ng Han Guan).

DN7 | Tiongkok -
 
Tim peneliti dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meninggalkan China pada Rabu, 10 Februari 2021, setelah menghabiskan empat pekan di China untuk mencari tahu asal-usul Virus Corona yang menyebabkan pandemi COVID-19 yang kini telah menewaskan lebih dari 2,3 juta orang di seluruh dunia. 
 
Salah satu anggota tim peneliti, Peter Daszak, memberikan nada optimistis saat tiba di bandar udara pada akhir perjalanan empat minggu ke kota Wuhan, China, tempat kasus COVID-19 pertama terdeteksi pada Desember 2019.
 
“Kami memiliki petunjuk yang jelas tentang apa yang harus dilakukan pada langkah selanjutnya. Kami tahu lebih banyak setelah pekerjaan yang telah dilakukan," ujar Daszak dikutip laman Channel News Asia, Rabu (10/09/2021).
 
Hasil penelitian tampaknya mengonfirmasi apa yang telah diduga oleh sebagian besar peneliti tentang Virus Corona tersebut. Penelitian di Wuhan tidak pernah diharapkan untuk secara pasti menunjukkan asal mula pandemi, karena menurut peneliti, itu bisa memakan waktu bertahun-tahun.
 
Berikut beberapa temuan dari tim peneliti WHO dalam kunjungan mereka di Wuhan. Hasil penyelidikan di Wuhan tidak mengubah teori awal tentang dari mana Virus Corona berasal. 
 
Para ilmuwan masih berpikir kelelawar adalah pembawa virus pertama, dan mereka menularkannya ke hewan lain, dan kemudian diteruskan ke manusia.

Meskipun ada kemungkinan lain, seperti kelelawar yang dapat menginfeksi COVID-19 ke manusia secara langsung. Namun, peneliti WHO masih meyakini virus dari kelelawar ditularkan ke hewan lain, dan hewan tersebut baru kemudian menularkan ke manusia.

Sayangnya, WHO belum mampu mengungkap jenis hewan tersebut dan di mana dia terinfeksi COVID-19. Para peneliti juga mecari tahu berasal dari mana virus di Pasar Makanan Laut Huanan, di mana salah satu kelompok infeksi pertama dilaporkan muncul di sana.

Para peneliti mengungkap, terdapat beberapa kemungkinan. Bisa dari hewan yang dijual, karena di pasar tersebut menjual beberapa hewan yang rentan terhadap virus, seperti kelinci, musang, dan tikus bambu.

Namun, virus juga bisa saja dibawa ke pasar oleh orang yang sudah terinfeksi sebelumnya. Seorang pejabat China pada Selasa lalu mengatakan, tampaknya ada kasus di tempat lain di Wuhan sekitar waktu yang sama dengan klaster pasar, sehingga penularan virus dari hewan ke manusia dapat terjadi di tempat lain.
 
Kesimpulan dari para tim peneliti WHO terkait laboratorium di Wuhan, sangat tidak mungkin virus itu bocor dari Institut Virologi Wuhan, sebuah laboratorium dengan banyak koleksi sampel virus.

Dalam menentukannya, tim tersebut mengatakan bahwa kebocoran semacam itu sangat jarang dan tidak ada bukti virus itu ada di lab itu atau di lab mana pun di dunia saat pandemi dimulai.

"Sangat tidak mungkin ada sesuatu yang bisa lolos dari tempat seperti itu" ujar pemimpin tim WHO Peter Ben Embarek saat meninjau protokol keselamatan di sana.
 
Investigasi bersama membuka kemungkinan bahwa virus bisa menyebar ke manusia melalui produk makanan beku, sedikit mengejutkan karena para ahli umumnya mengecilkan risikonya.

Ini adalah teori yang telah disebar secara luas oleh pejabat China, yang telah mendeteksi virus pada kemasan makanan beku impor dan menyimpulkan bahwa virus tersebut bisa saja datang ke China dari luar negeri.

Anggota tim WHO Marion Koopmans mencatat, bahwa pihaknya masih belum mampu menjawab pertanyaan dari mana asal virus di makanan beku tersebut. “Ini bukan dari makanan beku itu sendiri, itu tidak mungkin. Virus harus datang dari suatu tempat," ujarnya. 
 
Misi tersebut dipenuhi oleh pertanyaan tentang seberapa besar kebebasan yang diberikan pihak China kepada para peneliti WHO untuk mengunjungi tempat-tempat dan berbicara dengan orang-orang yang mereka inginkan.

Pada akhirnya, tim peneliti WHO mengaku puas dengan aturan yang dibuat pemerintah China. Anggota tim Thea Koelsen Fischer mengatakan, dia tidak bisa melihat data mentah dan harus mengandalkan analisis dari data yang diberikan kepadanya. Tetapi dia berkata bahwa itu benar di banyak negara.

(Penulis: Rizki Febianto)
Editor : Diko

 
 
 
 
 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel