6 Negara Kepulauan Ini Terancam Tenggelam Akibat Perubahan Iklim, Termasuk Indonesia

Foto : Pulau Tuvalu

DikoNews7 -

Perubahan iklim adalah salah satu masalah politik, ekonomi, dan lingkungan yang paling mendesak saat ini. Krisis iklim menuntut tindakan global kolektif yang jujur dan tepat waktu harus segera dilakukan.

Terlepas dari bencana lingkungan yang terus meningkat yang terjadi di seluruh dunia mulai dari topan dan banjir hingga kenaikan permukaan laut. Ada pula ancaman erosi pantai, kekeringan, kebakaran, dan pengasaman laut yang berujung pada hilangnya sebuah pulau dan negara.

Negara-negara kepulauan yang ada di kawasan pasifik tak luput dari bahaya ini. Dikutip dari berbagai sumber, Kamis (14/10/2021), berikut 5 negara pulau yang terancam tenggelam karena perubahan iklim:

Tidak dapat dielakkan kenyataan bahwa suhu Bumi meningkat, namun efek perubahan iklim lebih terasa di beberapa bagian dunia.

Negara kepulauan Pasifik, Fiji, menghasilkan kurang dari 1% emisi karbon dunia, namun naiknya permukaan laut, erosi pantai, dan gelombang badai yang intens memiliki efek dramatis pada negara tersebut, demikian dikutip dari BBC.

Desa-desa di dekat laut menjadi terbengkalai saat air pasang menenggelamkan rumah dan sumber daya, memaksa penduduk untuk pindah ke pedalaman ke tempat yang lebih tinggi dan lebih aman.

Tuvalu adalah negara kepulauan Polinesia kecil yang terletak di tengah antara Hawaii dan Australia. Rumah bagi 11.000 orang saja, luasnya hanya 10 mil persegi. Seorang pengamat bernama Julianne Malveaux mengatakan bahwa berkat perubahan iklim dunia, Tuvalu bisa tenggelam, dan buktinya ada di mana-mana.

"Saya belum pernah mendengar tentang Tuvalu sampai saya menghadiri COP15, konferensi perubahan iklim Kopenhagen, pada tahun 2010," ujarnya dikutip dari seattlemedium.

"Tuvalu tenggelam, kata seorang pria, meraih sikuku untuk menarik perhatianku. Dia marah, ingin perhatian. Dia menggambarkan betapa indahnya pulaunya dulu dan bagaimana dia telah melihat kehancuran dari laut yang naik, sebagian merupakan efek dari perubahan iklim."

"Kami berbicara selama lebih dari beberapa menit, dan kami bertemu untuk minum teh sebelum konferensi selesai."

Nauru adalah sebuah pulau di Pasifik Selatan. Ini adalah negara pulau terkecil dan negara terkecil ketiga di dunia.

Dengan luas sekitar 8 mil persegi dan dengan lebih dari 10.000 penduduk, Nauru bukanlah kelas berat politik di panggung dunia. Tapi Nauru tenggelam, mengering, dan umumnya dalam bahaya karena efek perubahan iklim yang semakin cepat, demikian dikutip dari Newsweek.

Dan itu mungkin memicu perdebatan di pembicaraan iklim Paris tentang apa yang harus dilakukan dengan populasi pulau itu.

Presiden Kiribati Taneti Maamau mengumumkan bahwa negaranya akan mencari dukungan dari mitra diplomatik baru mereka, China, dan sekutu lainnya untuk menaikkan pulau-pulau negara itu dalam upaya untuk melawan naiknya permukaan laut.

Negara yang ketinggiannya hanya 2 meter di atas permukaan laut itu oleh para ilmuwan iklim telah lama diprediksi akan terhapus dari peta dalam 70 tahun ke depan karena pemanasan global memburuk, demikian dikutip dari laman The Diplomat.

Dalam wawancara mendalam pertamanya sejak terpilih kembali pada Juni 2020, Maamau mengatakan kepada Guardian bahwa strategi pemerintahnya "mengidentifikasi peningkatan pulau-pulau kami" sebagai perlawanan terhadap perubahan iklim.

Sebuah makalah yang diterbitkan bekerja sama antara Kantor Layanan Cuaca Nasional Palau dan Program Sains Perubahan Iklim Pasifik mengatakan bahwa permukaan laut telah meningkat di Palau, yang terletak di Pasifik Selatan, sekitar 0,35 inci per tahun sejak 1993, sekitar tiga kali rata-rata global.

Diperkirakan akan terus meningkat hingga 24 inci lagi pada tahun 2090, demikian dikutip dari RT news.

Public Radio International melaporkan bahwa penduduk mengatakan bahwa pekarangan mereka banjir selama beberapa bulan purnama dan sedang mempertimbangkan untuk pindah ke negara baru.

Ubur-ubur pulau yang terkenal tidak menyengat bahkan menghilang, yang mungkin juga disebabkan oleh perubahan iklim.

Sekitar 115 pulau sedang dan kecil di Indonesia terancam hilang atau tenggelam akibat naiknya permukaan air laut. Demikian disampaikan Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eddy Hermawan dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis 16 September 2021.

"Jangan terkecoh dengan kawasan Pantura saja, jangan terkecoh dengan Jakarta saja, apa yang akan terjadi di tahun-tahun berikutnya, inilah 115 pulau-pulau sedang dan kecil ini bisa tenggelam," kata Eddy.

Eddy berharap perhatian juga tertuju pada pulau-pulau sedang dan kecil di Indonesia seperti daerah wisata termasuk Bali dan Nias dan pulau-pulau lain. 

Termasuk di sepanjang pantai barat Sumatera yang juga terancam tenggelam, sehingga tidak hanya terpaku pada persoalan terancamnya Jakarta atau kota pesisir di Pantai Utara Jawa saja.

"Tidak hanya Jakarta yang terancam, pulau-pulau kecil juga terancam," tuturnya.

Menurut Eddy, kenaikan air laut tersebut disebabkan perubahan iklim dan penurunan muka tanah sehingga perlu kombinasi upaya mitigasi dan adaptasi ke depannya agar tidak kehilangan pulau-pulau tersebut.

Namun begitu, dia mengatakan publik tidak usah merasakan kekhawatiran yang berlebihan. Khususnya terkait besaran angka kenaikan air muka laut yang sebenarnya lebih kecil dari angka yang banyak dirilis berbagai lembaga. 

Apalagi jika merujuk pada laporan dari International Panel Climate Change (IPCC), badan resmi dunia yang bertangung jawab tentang perubahan iklim.

"Kalau melihat dari angka yang secara global pun kecil. Bahkan, 2030 di mana (Presiden AS) Joe Biden mengatakan hal itu relatif kecil. Saya menghitung hanya 25 cm di 2050, jadi 2030 tentu lebih kecil lagi kenaikan air muka lautnya," jelas Eddy. (*)

 

 

 

 

 

 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel