Sebulan Pasca Banjir Bandang, Kota Babo Bandar Pusaka Aceh Tamiang Masih Mencekam


DikoNews7 -

Sebulan pasca tragedi banjir bandang yang melanda Desa Babo, hingga kini keadaan Desa Babo yang menjadi ibukota Kecamatan Bandar Pusaka, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, masih mencekam. Jumat (26/12/2025).

Puing-puing dan reruntuhan bangunan masih terlihat berserakan disepanjang jalan, sementara sisa-sisa lumpur jelas terlihat mengendap dan mengeras menutupi halaman dan bangunan rumah warga, aura kota mati tanpa kehidupan seketika muncul saat melintas dan menyusuri kota Babo, apalagi saat malam hari yang gelap gulita tanpa penerangan.

Dibalik itu semua, warga yang selamat dari bencana banjir bandang, dengan kondisi memprihatinkan tinggal dan tidur di tenda-tenda darurat dan posko-posko bencana yang dibangun oleh pemerintah maupun dari lembaga kemasyarakatan, bahkan ada warga yang tinggal di tenda yang dibuat secara mandiri menggunakan tenda dan terpal plastik diantara sisa-sisa puing rumah yang hancur.

Data yang diperoleh di posko bencana utama Desa Babo, jumlah warga yang terdampak banjir bandang mencapai 518 Kepala Keluarga (KK) dengan 1.739 jiwa, sementara kerusakan infrastruktur bangunan/rumah mencapai 95%.

Datok atau Kepala Desa Babo, Khairi Ramadhan saat ditemui di depan posko bencana utama Desa Babo. Selasa (23/12/2025) malam, mengatakan hingga saat ini kondisi Desa Babo mengalami dampak kerusakan yang parah hingga 95%, warga masih tinggal di tenda dan posko-posko bencana.

Hujan deras selama beberapa hari membuat air naik pada Rabu (26/11/2025) subuh, perlahan air naik dari 1- 4 meter, hingga warga harus mengungsi ketempat yang lebih tinggi.

"Hari Rabu air mulai naik dan warga sudah mengungsi ketempat yang lebih tinggi, besoknya hari Kamis air bah (banjir bandang) menerjang dengan ketinggian air mencapai 14 meter, semua terendam bersama air dan lumpur, rumah, sekolah, toko dan bangunan lainnya semua habis," ucap Pak Kades menyampaikan. 

Lebih lanjut dikatakannya. Dalam kejadian ini tidak ada korban jiwa, semua selamat namun malam kejadian semua kewalahan saat melakukan evakuasi warga, karena boat yang digunakan untuk menyelamatkan warga hanya ada 2 dan 1 tenggelam.

"Alhamdulillah warga kita semua selamat, untuk bantuan makanan sampai saat ini cukup untuk 1 bulan kedepannya, namun dengan kondisi sekarang, warga yang tinggal di tenda dan posko bencana memerlukan obat-obatan, tikar, selimut, kelambu, serta pasca pemulihan memerlukan alat-alat dapur untuk dapat kembali, kita harap kepada pemerintah untuk membangun hunian sementara karena sebentar lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadhan," ucapnya berharap.

Firman (43) salah seorang warga mengatakan, sejak terjadi banjir dirinya bersama istri dan kedua anaknya mengungsi kebukit yang lebih tinggi, dirinya juga tidak menyangka jika ketinggian air melebihi tiang listrik.

"Semua takut dan histeris melihat terjangan air dengan ketinggian melebihi tiang listrik, beruntung kami sudah mengungsi kebukit yang lebih tinggi dan melihat begitu ganasnya air menyapu dan menghancurkan rumah-rumah yang dilintasinya," ungkap Firman.

Sementara itu, Dedi (35) penanggung jawab posko bencana banjir Desa Babo, menjelaskan dari 4 dusun yang ada, hanya 2 dusun yang diterjang banjir bandang, yaitu:

Dusun Salam, 308 KK dengan jumlah 956 jiwa, terdiri dari 476 pria dan 480 wanita, serta Dusun Siderejo, 210 KK, dengan jumlah 783 jiwa, terdiri dari 384 pria dan 399 wanita, total seluruhnya 518 KK dan 1.739 jiwa.

"Hingga kini warga masih mengungsi, saat kejadian air dengan dahsyat menghancurkan apa saja yang dilintasinya dan air mulai surut 4 hari kemudian tepatnya Sabtu malam, dalam kegelapan malam yang mencekam tanpa penerangan, kami melihat kehancuran yang luar biasa, bahkan hingga kini puing-puing bangunan masih berserakan, masyarakat perlu relokasi pasca pemulihan bencana, sementara ribuan pengungsi sangat membutuhkan MCK (Mandi, Cuci,Kakus) dan penerangan," terangnya.

Walaupun saat ini, bantuan kemanusiaan dari pemerintah, swasta dan donasi  masyarakat terus berdatangan, kondisi kota Babo seperti kota mati, tanpa penerangan dan akses internet, membuat kota Babo lumpuh tanpa aktivitas ekonomi. (Kurnia02)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel