Bacokan Misterius Tengah Malam di Kepala Jurnalis
DikoNews7 -
Jumat (15/8/2025) langit gelap Desa Tanggungharjo, Grobogan, Jawa Tengah, seharusnya menjadi perjalanan pulang biasa bagi Manik Priyo Prabowo (38).
Sebagai seorang jurnalis dengan status kontributor iNews Media Group dan wartawan MNC Portal Indonesia, ia mengendarai sepeda motor matiknya menuju rumah.
Sebagai jurnalis, Manik biasa berdiskusi dengan teman-temannya di sebuah kedai kopi. Ia tak mendua bahwa malam itu menjadi momen mengerikan yang mengguncang hidupnya.
Baru melaju sekitar 200 meter dari kedai, Manik melihat motor lain membuntutinya. Saat berdekatan, tiba-tiba dua pria tak dikenal yang berboncengan dengan sepeda motor matik memepetnya di jalan perkampungan yang sepi.
Salah satu pelaku, yang tidak mengenakan helm, menghunus senjata tajam, diduga parang, dan membacok kepala Manik dua kali dengan kejam.
“Waktu itu helm masih saya pegang, belum sempat saya pakai. Tiba-tiba kepala saya dibacok benda tajam, saya juga ditendang sampai jatuh,” kata Manik saat ditemui di RSUD Sultan Fatah, Karangawen, Demak.
Dalam kondisi bersimbah darah, Manik mendengar pelaku mengucapkan kata-kata kasar sebelum mereka kabur menancap gas. Luka di kepalanya parah. Darah mengalir dan kulit kepala bagian belakang robek 9 sentimeter, tengkoraknya retak.
Tak hanya itu, tulang tengkoraknya cuil dan hilang akibat sabetan senjata yang ia yakini sangat tajam. Manik yakin perbuatan itu sudah dipersiapkan.
"Ini jelas perencanaan untuk melukai atau menghabisi saya. Saya sama sekali tidak kenal kedua pria itu,” tutur Manik.
Ia menepis jika insiden tersebut adalah perampokan. ini bukan perampokan karena dompet dan ponselnya tidak diambil. Termasuk motornya juga utuh.
Dengan sisa tenaga, Manik menghubungi keluarganya untuk meminta pertolongan. Ia mengirim video kondisinya kepada kakak kandungnya, Felek Wahyu Prabowo.
"Aku dibacok, aku pasrah anak-anakku mas," kata Manik dalam video yang berdurasi kurang dari 10 detik itu.
Felek segera menghubungi teman-temannya. Karena malam cukup gelap dan tak tahu lokasinya, 10 menit baru ketemu lokasinya.
"Saat ditemukan, saya enggak tahu karena lemas dan hanya terbaring," kata Manik.
Ia langsung dilarikan ke IGD RSUD Sultan Fatah untuk mendapatkan pertolongan pertama. Setelah stabil, tim dokter melakukan operasi pada Sabtu dan Minggu, 16–17 Agustus 2025, untuk menyelamatkan nyawanya.
Mengaku nyeri, ia berhasil berhasil melewati masa kritis. Senin, 18 Agustus 2025, Manik diperbolehkan pulang dari rumah sakit untuk menjalani pemulihan total di rumah.
"Puji Tuhan, operasi berjalan baik dan lancar. Tapi efeknya, saat ini telinga saya jadi sangat sensitif. Semua suara jadi terdengar keras,” katanya.
Felek Wahyu Prabowo, sang kakak sempat kebingungan karena kepesertaan BPJS Kesehatan ternyata tak bisa memberi manfaat.
"BPJS Kesehatan tak mau menanggung korban kejahatan atau korban kriminal. Jadi kami menderita ganda, sudah sakit juga tak mendapatkan hak manfaat dari iuran BPJS setiap bulan," kata Felek.
Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) dan Ikatan Wartawan Hukum (Iwakum) mengecam keras aksi brutal tersebut.
Ketua IJTI Pusat, Herik Kurniawan, menyebutnya sebagai tindak kriminal yang tidak bisa ditoleransi dan mendesak polisi untuk segera menangkap pelaku serta mengungkap motifnya.
"Setiap warga negara harus dilindungi dari aksi-aksi tidak bertanggung jawab seperti ini,” kata Herik.
Sementara Ketua Iwakum, Irfan Kamil, menilai kasus ini sebagai ancaman nyata terhadap kebebasan pers di Indonesia, menyerukan aparat untuk menunjukkan komitmen melindungi jurnalis.
Sat Reskrim Polres Grobogan dan Polsek Tanggungharjo menangani kasus ini. Kasat Reskrim Polres Grobogan, AKP Agung Joko Haryono, memimpin olah TKP dan memastikan penyelidikan dilakukan secara serius.
“Kami sedang mendalami kasus tersebut. Tim juga sudah memeriksa lokasi kejadian,” katanya.
Ia menegaskan bahwa serangan ini mengarah pada upaya melukai atau bahkan percobaan pembunuhan, mengingat tidak ada barang korban yang hilang.
Namun, hingga 19 Agustus 2025, identitas pelaku masih misterius, dan polisi masih memecahkan teka-teki ini. Lokasi kejadian yang sepi di dini hari membuat tidak ada saksi mata, mempersulit penyelidikan.
Manik sebelumnya bertugas di Bali dan Surabaya sebelum kembali ke kampung halamannya di Grobogan. Ia mengaku bingung dan mempertanyakan motif serangan ini. Ia tak tahu apakah terkait profesinya sebagai wartawan atau motif personal lainnya.
Kisah Manik menjadi pengingat akan risiko yang dihadapi jurnalis di lapangan, apalagi yang berstatus kontributor. Ini juga menunjukkan rapuhnya perlindungan terhadap mereka yang menggali informasi publik. ***